Minggu, 02 Mei 2010

Belajar Dari Bibi

Suatu hari saya menyuruh bibi saya untuk membelikan roti di toko roti yang biasanya yang ada di depan gang rumah saya. Hari itu memang saya memesan roti cukup banyak ada sekitar 20 buah roti. Karena saya memang mau membawa roti itu sebagai konsumsi di sebuah kantor. Lalu saya memberikan uang sebesar 200.000 rupiah. Ketika bibi saya telah kembali ke rumah, dia bercerita kepada saya mengenai kejadian yang terjadi di toko roti. Pelayan kasir memperlakukan bibi saya dengan tidak sopan. Dengan menanyakan apakah uangnya cukup atau tidak untuk membeli roti sebanyak itu. Ditambah Atasan dari pemilik toko roti itu pun berkata kepada bibi saya kalau uangnya tidak cukup nanti setelah notanya di print out itu akan mengganggu kerja kasir. Memang betul sekali alasan mereka kalau tidak mencukupkan uangnya akan sulit, karena mereka memakai system kasir. Tapi apakah begitu caranya melayani pelanggan?

Saya belajar untuk tidak merendahkan customer saya. Dulu saya tipe orang yang suka merendahkan, saya melihat status dari pada customer. Kalau mereka belanjanya banyak maka saya akan merasa senang melayani. Tapi ketika customer itu belanja hanya satu macam barang lalu ditambah banyak bertanya ini itu maka saya akan menjadi malas untuk meladeninya. Puji Tuhan sekarang saya belajar tidak menganggap remeh tiap orang. Saya berusaha melayani setiap orang dengan baik. Tak perduli apa statusnya.
Jujur yaaa, saya sempat kesal mendengar cerita dari bibi saya, pikiran saya mulai berputar putar mikir sana sini dan ada pikiran jahat yang terlintas di dalam otak saya, mau tahu kah anda???? Hahahaahah.
Begini hm hm ,” berani beraninya itu toko merendahkan bibi saya, coba kalau saat itu saya yang direndahkan, maka akan saya balas kepada mereka mereka itu dengan berkata jangankan roti, semua toko roti ini beserta cabang cabangnya yang ada di Indonesia pun mampu saya beli kalau saya mau!”……..well, betapa sombongnya saya khan saudara?^^.
Saya malu mengatakan semua ini, ternyata hati saya masih ada kesombongan dan belum rela kalau saya direndahkan sampai seperti itu. Tapi saya sadar mendengar respon yang luar biasa dari bibi saya mengatakan : “Ya biarin saja, saya bilang sama mereka gak lah ci ,uangnya cukup kok pasti”. Wow….dengan kesederhanaan dan kerendahan hati yang dimiliki oleh seorang pembantu seperti dia inilah yang dibutuhkan oleh kita-kita sebagai orang percaya. Dia direndahkan, dipermalukan, tidak dianggap, diremehkan, kata-kata apalagi yang harus saya ukirkan? Tapi dia menjawab dengan baik dan tidak sakit hati ketika menceritakannya kepada saya. Ya saya teringat seperti anak kecil yang hatinya polos, murni, mudah memaafkan serta melupakan kesalahan orang lain. Ahhh, betapa indahnya mengetahui bahwa di dunia ini ada orang-orang yang luar biasa seperti dia.

Saya pun harus banyak belajar dari karakternya. Saya mau berubah. Saya minta ampun kepada Tuhan kalau hati saya masih ada kesombongan. Saya mau menjaga hati saya tetap murni di hadapan Tuhan.
Nah bagaimana dengan saudara? Ketika diremehkan, tak dianggap, dipermalukan oleh orang-orang disekitar anda….apa respon anda? Marah? Kesal? Sakit hati? Dendam? Mau memaki?hhmmm, atau…bersabar? Murah senyum? Lemah lembut? Tak membalas? Mengasihi? Mari renungkanlah!

Gbu
Aihua

Tidak ada komentar: